Napak Tilas 10 Tahun Timor Leste Merdeka

Bagaimana kondisi Timor Leste setelah 10 tahun lepas dari NKRI saat ini? Penulis berkesempatan mengunjungi negeri Xanana Gusmao pada tahun baru 2013 lalu

Kisah Pengajar Muda Muara Enim : Setahun untuk Selamanya

Pengalamanku sebagai guru bantu di pelosok Muara Enim merupakan pelajaran berharga bagi saya. Saya akan membagi kehebatan anak-anak di Talang Tebat Rawas ini yang begitu menginspirasi saya sebagai seorang guru

Menjelajahi Ujung Selatan Indonesia, Pulau Rote Ndao dan Pulau Ndana

Pulau Rote Ndao menyimpan kekayaan alam dan budaya yang sangat potensial. pantai-pantai indah yang belum terjamah oleh manusia beserta keunikan geografis pulau rote ndao menjadi daya tarik tersendiri. Simak berbagai pengalaman saya dan tim Kuliah Kerja Nyata Universitas Indonesia tahun 2010 di Pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Miangas : Eksotika Pulau Paling Utara Indonesia

Pulau miangas yang berada di garda terdepan Indonesia berbatasan dengan Filipina menyimpan pesona keindahan yang layak untuk dinikmati. Berikut kisah kami tim Kuliah Kerja Nyata (K2N) UI di Pulau Miangas tahun 2009

Pesona Pulau Sempu, Malang

Menikmati suasana pulau tak berpenghuni di Pulau Sempu sangat mengasyikan. Menikmati malam penuh bintang dan tidur di pasir Laguna sambil menatap bintang dan minum kopi panas menjadi alternatif liburan yang menarik

Tuesday, June 28, 2011

Foto-foto Java Jazz Festival 2011

Tahun ini Java Jazz Festival menampilkan artis-artis papan atas dunia sekelas Santana, George Banson,Corinne Bailey Rae dan lain-lain. Ini kali pertama saya menyaksikan perhelatan musik Jazz terbesar di Indonesia, dengan pengorbanan antri hampir dua jam di Untar saya dan teman-teman pun mendapatkan tiket student price bermodalkan KTM saya.

Berikut beberapa foto yang berhasil diambil penulis.




Thursday, June 23, 2011

52 jam Depok-Miangas

Perjalanan Depok-Miangas merupakan perjalanan terjauh dan terlama yang pernah saya rasakan sampai saat itu. Betapa tidak, jika ditotal perjalanan saya dari depok menuju Miangas adalah 52 jam, itu sudah termasuk waktu untuk acara packing di kampus dan acara pembukaan oleh Gubernur Sulawesi Utara di Manado. Berhubung ini trip pertama saya bersama teman-teman kampus yang jaraknya jauh, ada saja hal yang menggelikan sepanjang perjalanan.

Gedung PPMT, 14 Juli 2009, Pkl. 20.00 WIB

Kehebohan melanda seantero gedung Pusat Pelayanan Mahasiswa Terpadu (PPMT). Masing-masing orang sibuk dengan barang-barang bawaanya masing-masing. Beberapa kebingungan memilah mana barang-barang yang harus di bawa dan mana yang terpaksa ditinggal. Aturan yang membatasi jumlah bagasi mahasiswa hanya 15 kg cukup membuat kepala cenat-cenut. Saya yang pertama bepergian untuk waktu sebulan tentu memasukkan banyak baju dan cemilan untuk memastikan saya disana tidak kelaparan hehe. Hal itu membuat beban koper saya 20 kg, imbasnya saya harus mengurangi 5 kg beban koper saya. Belum lagi barang-barang kelompok yang akan digunakan untuk program selama disana sangat banyak dan masih harus ditandai dengan kertas putih diatas kardus-kardus yang sudah di.ikat rapi. Kira-kira jam 22.00 saya berhasil membuat beban koper saya menjadi 15 kg lebih sedikit. Saya tidak ambil pusing dengan kelebihan nol koma sekian kg, segitu saja sudah membuat kepala pusing. Saya meninggalkan jaket saya dan 2 kaos karena ternyata saya mendapat lagi jaket dan kaos K2N, saya juga akhirnya mengeluarkan 4 underwear saya dan lebih memilih membaawa 4 pack disposable (dan ini merupakan keputusan yang saya sesali setibanya di Pulau Miangas ! ) serta menghabiskan beberapa coklat yang saya bawa.


Gedung PPMT, 15 Juli 2009, Pkl. 01.00

Ketua panitia K2N UI 2009 melakukan briefing sebelum pemberangkatan. Kami disarankan untuk selalu bersama-sama dnegan anggota kelompok kami dan melapor apabila ingin ke toilet atau bepergian sendiri tanpa rombongan. Setelahnya, kami langsung naik ke bis kuning yang akan membawa kami dari depok menuju bandara soekarno hatta. Saya sempat heran mengapa sepagi itu kami berangkat ke Soeta padahal pesawat baru boarding jam 05.00 WIB, teman saya bilang panitia tidak mau mengambil risiko telat dan supaya kita menjadi orang pertama yang memasukkan barang-barang ke bagasi. Setelah melihat sendiri bawaan 71 anak dan juga barag kelompok yang harus di kargo saya pun paham. Kami menggunakan 3 bis kuning AC untuk ke bandara Soeta. Pukul 01.30 WIB bus pun meluncur di jalanan Jakarta yang lengang.



Bandara Soekarno Hatta, 15 Juli 2009 Pkl. 02.30

Kami sampai di Bandara Soekarno Hatta kurang lebih satu jam berikutnya. Bus kuning yang kami naiki melaju kencang diatas jalanan ibukota yang sepi. Kami langsung menurunkan barang-barang bawaan pribadi dan kelompok. Dengan koper, saya merasa bawaan saya lebih ringan dibandingkan dengan teman-teman yang memakai carrier, padahal panitia menyarankan kami semua agar menggunakan tas ransel besar/carrier saja supaya lebih mudah dibawa. Setelah siap semua, kami harus menunggus ampai gate dibuka. Kami akan menggunakan Lion Air penerbangan ke Manado pkl. 05.00. Sambil menunggu, beberapa dari kami bermain UNO banyak juga yang memanfaatkan waktu singkat itu untuk tidur. Anak-anak K2N bergeletakan dilantai berbantalkan ransel mereka.

Soeta, 15 Juli 2009 Pkl. 05.00

Pesawat Lion Air yang kami naiki akhirnya terbang juga. Sebagian besar mahasiswa tidur sepanjang perjalanan namun setelah kurang lebih terbang selama 2 jam kami berada diatas daratan pesisir Sulawesi yang tampak indah terkihat dari atas pesawat kami. Semakin ke utara kami bisa melihat pantai bunaken sebelum akhirnya pesawat mendarat di bandara sam ratulangi manado.

Bandara Sam Ratulangi, Manado 15 Juli 2009 pkl 10.00 WITA

Tiba di bandara kami langsung disambut oleh beberapa anggota TNI berpakaian dinas. Acara K2N UI ini memang didukung penuh oleh panglima TNI, berbagai fasilitas, transoprtasi dan keamanan dari TNI selalu mengawal kami selama berada di perjalanan dan di Miangas. Di luar bandara sudah disiapkan sekitar 8 bis TNI berwarna hijau tua untuk membawa kami ke Gedung Yos Sudarso, Manado untuk melakukan acara pelepasan peserta K2N 2009. Pawai bak orang penting pun baru sekali ini saya rasakan, dikawal 4 motor polisis di depan, iring-iringan bis-bis kami bebas melaju dengan kencang. Di dalam bis kami sudah bisa merasakan panasnya cuaca Manado. Hanya sekitar 20 menit sampai akhirnya kami sampai di tempat pelepasan peserta K2N 2009.


Gedung Yos Sudarso, Manado 15 Juli 2009 Pkl. 11.00 WITA



Di gedung yos sudarso, kami mendengarkan beberapa sambutan dari Rektor UI, Bpk Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri yang berpesan untuk melakukan program secara maksimal untuk masyarakat perbatasan, kemudian dari Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud, dr. Elly Lasut serta Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Utara mewakili Gubernur Sulut. Setelah seremonial tersebut kami break solat, makan siang dan dilanjutkan dengan pengarahan dari TNI terkait Miangas dan perjalanan yang akan dilalui menggunakan KRI, acara berakhir sekitar pulul 15.00 WITA. Setelah acara tersebut rombongan langsung melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Bitung selama kurang lebih satu jam perjalanan.



Pelabuhan Bitung, 15 Juli 2009 Pkl. 16.00

Tiba di pelabuhan Bitung, kami langsung menuju kapal TNI yang akan mengangkut rombongan ke Pulau Miangas, yaitu KRI teluk Cendrawasih. Setelah memasukkan barang-barang kami ke kapal yang sangat besar itu kami menunggu di luar karena kapal masih perlu mengisi bahan bakar dan memakan waktu hamper 1 jam. Kami melakukan upacara pemberangkatan di pelabuhan Bitung dekat KRI Teluk Cendraeasih bersandar. Seremoni ini biasa dilakukan para awak kapal dari TNI AL sebelum melakukan perjalanan. Komandan KRI menjelaskan situasi cuaca secara umum dan lamanya perjalanan yang akan kami tempuh serta aturan-aturan di dalam KRI yang patut ditaati oleh semua warga sipil yang ikut perjalanan di dalam KRI. Dengan KRI kami hanya membutuhkan 19 jam perjalanan apabila cuaca dan ombak sedang baik, jika ombak tinggi akan lebih lama lagi karena arus yang kuat menahan laju KRI. Selesai upacara kami langsung masuk ke dalam KRI.

KRI Teluk Cendrawasih, 15 Juli 2009 Pukul 18.30

Karena lelah setelah mengangkut barang dan perjalanan sepanjang hari, tidak seperti yang lainnya yang berfoto di buritan, saya memilih mengistirahkan diri. Kamar pria berada di bawah dekat dengan ruang mesin dan bahan bakar, sebetulnya itu memang ruangan mesin namun ditaruh beberapa ranjang lipat TNI untuk kami. Kami memaklumi, karena kamar-kamar di KRI ini penuh oleh siswa-siswi SMA se-Sulawesi Utara yang sedang melakukan acara berlayar bersama TNI dalam rangkaian acara Sail Bunaken 2009. Alhasil, kamar kami sangat panas dan berisik, entah bagaimana caranya saya tetap bisa tidur di bawah.

KRI Teluk Cendrawasih Pukul 21.00 WITA



Saya terbangun mendadak karena pusing bukan kepalang, ombak kencang mengocok-ngocok perut saya. Karena tidak tahan ingin muntah ditambah perut keroncongan saya naik ke kantin di bagian atas kapal untuk makan. Disana sudah banyak peserta K2N yang makan. Menunya nasi ditambah ikan bakar cakalang yang nikmat sekali, walaupun tidak ada lauk lain. Kondisi di tengah laut membuat apapun makanan yang masuk ke perut terasa nikmat. Saya makan sambil mengobrol di tengah kapal yang terombang-ambing. Beberapa teman menceritakan siapa-siapa saja peserta yang sudah tewas alias mabuk laut. Setelah makan saya naik ke buritan menikmati pemandangan malam di tengah laut sembari merasakan terpaan angin yang cukup kencang. Saya belum sempat keliling kapal, toh masih ada besok pagi piker saya. Namun dari atas buritan saja saya sudah bisa melihat betapa besar dan beratnya kapal ini. Dengan beberapa teman saya berdiskusi mengenai kenapa kapal yang berat tidak tenggelam di laut. Saya anak IPS jadi mungkin memang lupa teori tekanan ke atas dan teori gravitasi di air laut. Lalu kami menyanyi diiringi dengan gitar sambil tiduran dan menatap bintang yang bertaburan. Ini pertama kalinya saya naik kapal dan langsung naik kapal perang TNI! Woow! Luar biasa.



KRI Teluk Cendrawasih 16 Juli 2009 Pukul 05.00 WITA


Saya semalam tertidur diatas buritan bersama Mario, Afif dan teman-teman lainnya. Saya terbangun pukul 05.00 WITA karena menggigil. Udara pagi sangat dingin menusuk kulit walaupun saya tidur dengan memakai jaket dan sarung. Kemudian saya naik ke bagian yang lebih atas dari KRI ini dan menantikan pemandangan sun rise dari atas kapal. Beberapa teman bergabung. Tak lama, semburat merah jingga muncul di timur, luar biasa indahnya. Kami berdecak kagum menyaksikan semua itu, saya sampai lupa mengambil kamera di ruang mesin tempat kamar pria-pria. Setelah puas dengan sun rise saya pergi untuk mandi. Nah, jangan heran kalau disini kamar mandi pria itu mirip pemandian umum. Ruangan dan baknya besar dan ada beberapa bilik toilet yang hanya ditutup oleh tirai transparan. Begitu saya masuk, ada beberapa orang yang sedang mandi, saya pun cuek langsung membuka baju dan mandi. Lumayan segar mengingat seharian kemarin badan saya sama sekali tidak menyentuh air.

KRI Teluk Cendrawasih 16 Juli 2009 Pukul 13.00



Selepas makan siang, saya menyempatkan berkeliling kapal KRI. Ternyata di dlamnya terdapat banyak sekali ruangan dengan fungsi yang bermacam-macam juga. Komandan KRI teluk cendrawasih pada perjalanan ini adalah Mayor Baroyo Eko Basuki. Dari informasi umum yang bisa dilihat di ruang komando, KRI teluk Cendrawasih bernomor 533 ini merupakan buatan Jerman berjenis Frosch-I/type 108 yang dibeli pemerintah Indonesia untuk TNI AL pada tahun 1994 pada masa pemerintahan Soeharto.


Berat kapal ini 1.900 ton dengan dimensi 90,70 m x 11,12 m x 3,4 m, ditenagai oleh 2 mesin diesel yang mampu mengahsilkan 12.000 bhp dan sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 18 knot. Diawaki oleh maksimal 42 pelaut dan mampu mengangkut kargo hingga seberat 600 pon.

KRI teluk cendrawasih menurut salah satu kru yang bertugas bukan merupakan armada tempur maupun pemukul, tetapi pengangkut logistik. Namun, untuk pertahanan KRI ini dipersenjatai oleh satu kanon laras ganda caliber 37 mm model 1939, 1 meriam bofors 40/70 berkaliber 40 mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpm jangkauan 10 km untuk target permukaan terbatas dan target udara serta dua kanon laras ganda caliber 25 mm.


KRI Teluk Cendrawasih 16 Juli 2009 Pukul 15.00

Pulau Miangas sudah terlihat dari jauh. Waaaw! Kami melakukan briefing bersama para dosen pendamping diatas KRI. Kami diminta bersiap-siap karena kurang lebih 2 jam lagi kapal bisa merapat di dermaga Miangas. Saya terheran-heran, mengapa sampai dua jam? Padahal pulau Miangas sudah terlihat dengan jelas. Ternyata itu jaraknya masih sangat jauh, kalau di laut kita sudah melihat Pulau di depan kita bukan berarti jarak kita sudah dekat.


Kami juga dikabari oleh dosen bahwa aka nada penyambutan dari masyarakat Miangas yang sudah siap dari siang tadi. Setelah briefing saya membereskan barang-barang pribadid an langsung naik ke atas lagi. Beberapa teman sedang ikut berkaraoke bersama anak-anak SMA yang ikut jelajah maritime bersama AL. Saya pun menyumbangkan lagu, jarak ke Miangas semakin dekat namun, KRI hanya berputar-putar mengelilingi pulaunya. Belakangan saya tahu ombak besar tidak memungkinkan kapal untuk bersandar karena takut tergoresang-karang tajam di bawah laut dan bisa menimbulkan kebocoran.

KRI teluk Cendrawasih Pukul 18.00




Kapal merapat namun ombak yang kencang menyulitkan proses pemindahan barang dan manusia ke pulaunya. Kapal KRI yang tinggiberjarak sekitar 1-2 meter dari dermaga. Peserta laki-laki langsung diminta loncat ke dermaga. Sementara yang perempuan perlu dibantu oleh beberapa orang untuk meloncat. Warga sudah banyak yang membantu proses pemindahan barang. Untuk drum-drum berisi minyak tanah di lempar ke laut dan di bawa oleh beberapa anggota ke pantai melalui laut. Ombak yang besar membuat KRI terguncang-guncang dan beberapa kali menabrak dermaga sehingga terasa bergoyang. Alhamdulillah, semua mahasiswa akhirnya berhasil menginjakkan kaki di dermaga Miangas, walaupun ada beberapa yang terkilir kakinya. Sambil menunggu proses penurunan barang, saya sempat didatangi beberapa orang pemuda setempat, saya tersenyum. Mereka tampak tidak sungkan mengenalkan diri dan berbicara dengan pendatang. Saya berkenalan dengan Kiki, Yono dan Markus yang belakangan banyak membantu saya beradaptasi dengan warga lokal dan menyukseskan program-program kami.

Dermaga Miangas Pukul 19.00 WITA



Dengan suasana temaram, kami disambut dengan upacara penyambutan oleh para mangkubumi ( tetua adat Miangas ) yang berjumlah delapan orang memakai kain menyerupai jubah putih panjang bergaris merah dan ikat kepala berwarna merah yang merupakan pakaian adat pria Miangas. Setelahnya kami langsung diarak menuju pendopo kecamatan yang berada disisi lain Pulau Miangas. Jaraknya dari dermaga sekitar 100 meter. Dalam perjalanan menuju kesana kami disuguhkan pemandangan rumah-rumah semi permanen masyarakat Miangas, beserta beberapa warga yang berbondong-bondong mengikuti kami ke pendopo. Kami berusaha berbaur dengan mereka. Awalnya sedikit sulit mencerna kata-kata mereka karena mereka berbicara dengan cepat, logat yang khas dan bahasa gado-gado Indonesia-Miangas. Lama kelamaan kami terbiasa mendengar logatnya dan berusaha mengikuti bahasa mereka untuk mempermudah komunikasi.

Pendopo Kecamatan Pukul 20.00 WITA




Sesampainya di Miangas kami disuguhi berbagai penganan lokal yang rasanya langsung membuat saya jatuh cinta. Cita rasa asin pedas khas Sulawesi Utara itu membuatkami ketagihan, apalagi belakangan kami sering sekali makan masakan rumah yang kebanyakan adalah sea food. Setelah berkenalan dengan pejabat kecamatan dan desa, serta pengurus gereja. Kami langsung diminta ke rumah yang sudah disiapkan dan berkenalan dengan keluarga baru kami di Miangas.

Saya bersama Adrian menempati rumah Asher, yang tinggal bersama mamak, adiknya Markus beserta istri. Rumah tembok semi permanen itu cukup nyaman bagi saya dan Adrian. Ruang tamu hanya berisi 4 buah kursi plastic dan meja, jendela tanpa kaca sehingga angin bisa masuk ke dalam rumah, lantai semen kasar sehingga kami harus memakai alas kaki ke dalam rumah, satu dapur beralaskan tanah dengan perapian tradisional dan satu kompor minyak serta satu kamar mandi dan satu jamban yang letaknya bersebelahan.




Setelah mengobrol dan berkenalan saya pun pamit tidur karena sudah tidak kuat menahan kantuk yang menyerang. Sebelum tidur saya tersenyum sendiri, mengenang semua perjalanan saya yang luar biasa sehingga bisa sampai Miangas dan sekarang saya sudah menginjakkan kaki di tanah Opa Mura, semuanya tidak seburuk yang saya bayangkan. Semua berjalan baik sejauh ini, saya pun berdoa semoga semua program-program K2N kami bisa berjalan dengan baik tanpa hambatan berarti dan bisa mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat Miangas.

Saya, K2N dan Perbatasan


Di tulisan sebelumnya saya pernah bercerita tentang kuliah Prof Sri-Edi Swasono ( mantan Kepala Bappenas) yang menanyakan letak beberapa pulau terdepan di Indonesia. Tidak ada satu pun di kelas saya yang bisa menjawab, termasuk saya. Nama-nama tersebut sangat asing di telinga saya, seperti Miangas, Meos Befondi, Waingapu, dan yang lainnya. Sejak saat itu saya malu sebagai orang Indonesia yang tidak mengenal dengan baik negeri saya sendiri. Saya yang tergabung dalam organisasi gerakan di kampus tidak terlalu peduli dengan isu pulau-pulau terdepan dan perbatasan, padahal isu-isu kenaikan BBM, Badan Hukum Pendidikan, Anggaran Negara, Kemiskinan dan isu-isu nasional lainnya selalu di bahas di forum-forum aksi strategis organisasi kampus. Lantas, siapakah rakyat Indonesia yang diperjuangkan hak-haknya oleh para mahasiswa, hanya orang Jawa kah? Hanya masyarakat yang kita kenal kah? Tidakkah kalian tahu bahwa masyarakat yang jauh di pelosok sana ternyata juga butuh perhatian? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mengganggu pikiran saya. Saya ingin melakukan aksi nyata, pengabdian sosial yang bisa meringankan beban masyarakat secara langsung, tidak melalui aksi-aksi negosiasi dengan pemerintah, aksi demonstrasi di jalanan serta berbagai lobi-lobi dengan anggota dewan yang biasa saya lakukan bersama organisasi di BEM. Aksi-aksi tersebut hanya berhasil memblow-up isu di media namun sasaran yang diharapkan sulit dicapai.

Saya semester 4 ketika itu, ada pengumuman di fakultas mengenai Kuliah-kerja Nyata UI di Pulau Miangas. Seketika saya terkesiap, teringat pertanyaan-pertanyaan di kelas Pak Edi, saya berpikir ini kesempatan itu. Kesempatan untuk mengenal masyarakat yang tinggal di Pulau terdepan, kesempatan untuk melihat sendiri keadaan masyarakat di tapal batas, saya harus mendaftar. Pikiran saya kala itu hanya satu, saya harus ikut K2N di Pulau Miangas. Sejenak saya terpaku pada persyaratan, min. memperoleh 90 sks, berarti setara dengan mahasiswa semester 6, saya sendiri baru 84 sks kala itu. Sedikit putus asa, saya beranikan diri untuk tetap mendaftar. Essai mengenai program yang direkomendasikan sesuai jurussan saya sudah disiapkan, formulir dan transkrip beserta foto juga sudah siap. Dengan modal nekad saya masukan seluruh berkas ke Pusat Pelayanan Mahasiswa Terpadu (PPMT) Rektorat UI.

Tak disangka, saya lolos seleksi administrasi dan mendapat panggilan interview, pada tanggal yang ditentukan saya diinterview oleh Bapak Drs. Priadi Primadi, M.Si, yang akrab disapa Mas Pri yang juga sebagai ketua panitia K2N UI 2009. Isi wawancara lebih kearah gambaran mengenai program K2N serta essai yang telah dibuat. Mas Pri banyak mempertanyakan visibilitas rekomendasi program Strategic Business Unit yang saya ingin terapkan disana. Beliau memaparkan gambaran kondisi di Pulau Miangas yang didapatnya dari Pos AD di sana. Disitus saya cukup pesimis karena Nampak Mas Pri tidak pusa dengan jawaban-jawaban yang saya kemukakan. Lalu pertanyaan beralih ke masalah keahlian berenang, pengalaman naik kapal laut dan hal-hal teknis lainnya. Saya iyakan semua pertanyaan karena sebetulnya yang diinginkan adalah apakah kita benar-benar siap berangkat kesana dan menanggung semua risikonya. Sebagaimana diketahui perjalanan ke Miangas yang paling berat adalah dari pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara menuju Miangas harus menggunakan kapal perintis selama 3 hari atau kapal KRI milik TNI AL selama kurang lebih 24 jam dengan kondisi ombak yang tinggi dan cuaca yang tidak bisa diprediksi sepanjang bulan Juli.

Kira-kira dua minggu sampai akhirnya saya dinyatakan lolos sebagai peserta K2N di Miangas. Saya senang bukan main, yang saya pikirkan adalah bahwa saya berkesempatan berbagi ilmu dan juga belajar dari masyarakat di perbatasan sana. Saya sampai lupa bahwa, K2N ini adalah mata kuliah 3 sks yang tentu saja akan berakhir dengan nilai A, B, C, D atau E di SIAK NG saya. Saya mengikuti pembekalan selama kurang lebih satu bulan mengenai program, pengetahuan geopolitik, pertahanan serta berbagai isu perbatasan. Pemateri didatangkan dari kementrian pertahanan, panglima TNI, ahli sejarah dan pemerhati perbatasan. Saya senang luar biasa mendapatkan materi-materi yang barangkali tidak bisa didapatkan dari tempat lain. Saya sadar pentingnya menjaga keutuhan NKRI agar tidak ada kasus sengketa perbatasan yang merugikan bangsa sendiri sebagai mana terjadi untuk kasus lepasnya pulau sipadan dan ligitan serta ambalat. Dari situ saya juga tahu ada yang namanya universitas pertahanan, jenjang S2 dibawah kementrian pertahanan. Saya menjadi sedikit banyak tertarik untuk ikut program S2 di Universitas Pertahanan, siapa tahu bsia jadi mentri pertahanan kalau tidak bisa jadi mentri ekonomi, begitu pikir saya.

Sementara untuk program kelompok saya mendapat tugas mengajar bahasa inggris untuk anak-anak serta pelatihan manajemen koperasi. Semua materi kelompok harus dipersiapkan sendiri. Saya bekerja sama dengan kementrian KUKM dalam persiapan pelatihan koperasi terutama proses pendirian koperasi. Untuk program English for Children and Tourism kami menyusun sendiri silabusnya berdasarkan buku-buku yang ada. Satu bulan di Miangas mengajarkan banyak hal bagi saya, bagaimana sulitnya hidup di daerah terisolir, akses komunikasi sangat terbatas, transportasi keluar pulau 2 minggu sekali, listrik hanya menyala 6 jam di malam hari, sulitnya mencari makanan di saat cuaca buruk dimana nelayan tidak melaut dan kapal yang membawa bahan makanan dari luar pulau juga tidak berlayar, bosannya hidup tanpa hiburan dan bertemu dengan orang yang itu-itu saja. Aaakh, saya dan teman-teman lain tentu banyak belajar.

Satu yang membuat kami bangga adalah, mereka ternyata lebih cinta dan bangga dengan bangsa Indonesia dibandingkan kita yang justru ada di pusat bisnis dan pusat pemerintahan. Mereka lebih menyenangi bersenandung lagu-lagu nasional dibandingkan lagu-lagu pop yang bisa mereka lihat dari TV pada saat lampu menyala, mereka lebih khidmat melaksanakan upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus disbanding saya yang bahkan hanya melihat prosesinya dari televisi, mereka lebih semarak dan bersuka cita mengikuti berbagai lomba 17an disbanding saya yang bahkan lebih memilih untuk tinggal di rumah daripada mengikuti acara semacam itu. Ya, kami datang berharap bisa menularkan rasa nasionalisme kami kepada mereka, yang terjadi adalah kami yang belajar semangat nasionalisme dari mereka.Terima kasih manambo nambo Miangas, Mao Yapalulu Miangas.

Contact Me

Saya senang berdiskusi dan bertukar informasi dengan semua orang.
Silakan mengirimkan surat, email, wall FB maupun mention twitter untuk
saling berbagi ide, brainstorming maupun sekedar bergosip maupun obrolan santai
dengan saya.


Adhi Rachman Prana
Jalan H. Yahya Nuih No.23 A Pondok Cina
Depok, Jawa Barat
Email : rachman.adhiprana@gmail.com
Twitter : @adhicihuy
FB : Adhi Rachman Prana

Tentang K2N UI 2009

Universitas Indonesia untuk pertama kalinya mengadakan kuliah kerja nyata di luar Pulau Jawa. Tidak tanggung-tanggung, daerah yang dipilih sebagai target berbagai program K2N ini merupakan pulau kecil di ujung utara Indonesia, yaitu Pulau Miangas yang berbatasan dengan Filipina. Mengusung tema “Dengan kuliah kerja nyata kita amalkan tri dharma perguruan tinggi dan Kita Tingkatkan Semangat Nasionalisme untuk menjaga NKRI”, diharapkan kedatangan rombongan mahasiswa Universitas Indonesia di Pulau Miangas, bisa meningkatkan semangat nasionalisme di perbatasan yang selama ini masih kurang diperhatikan oleh pemerintah.

K2N sendiri merupakan salah satu kegiatan yang mampu mengantarkan mahasiswa menjadi individu yang lengkap, baik dalam penguasaan ilmu, kemampuan menganalisa masyarakat sekitar, serta memberikan solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial, ekonomi maupun politik sesuai keilmuan yang mereka miliki. Disamping itu, melalui kegiatan ini mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam berbagai hal, seperti kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang baru, memunculkan kepedulian mahasiswa terhadap berbagai perkembangan yang setiap saat muncul, meningkatkan rasa nasionalisme, meningkatkan jiwa kristis dan kemudian melakukan kegiatan penelitian dan lain sebagainya.

Universitas Indonesia sebagai universitas yang menyandang nama negaranya memiliki beban tersendiri untuk bisa mengabdikan ilmu kepada masyarakat Indonesia di seluruh pelosok tanah air. Untuk itu melalui program ini UI mempunyai misi menjadikan mahasiswanya sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan professional, keterampilan, kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan bangsa dan Negara serta mempunyai kemampuan memotivasi masyarakat dalam mengisi dan mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia. K2N UI tahun 2009 yang dilaksanakan tanggal 13 Juli- 18 Agustus 2009 ini merupakan bentuk pengabdian UI kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).




Dalam prakteknya di lapangan tim K2N UI yang berjumlah 71 mahasiswa dibagi ke dalam 7 kelompok yang mengusung program yang berbeda-beda. Kelompok 1 (Hasanudin) membawa program Pemberdayaan Kuliner Laut, kelompok 2 (Gatot Subroto) mengusung program pengembangan potensi pariwisata Miangas, kelompok 3 (kelompok penulis-red) Yos Sudarso melaksanakan program Pelatihan Bahasa Inggris dan Pelatihan Manajemen Koperasi, Kelompok 4, Pattimura melaksanakan program Kreasi Makanan Ringan dari Sumber Daya alam Pulau Miangas, Kelompok 5, Sam Ratulangi menyampaikan program Pengembangan Kerajinan Tangan, kelompok 6 ( Christina Martha Tiahahu) menjalankan program maksimalisasi budidaya pohon kelapa, kelompok 7 ( Bung Karno) melaksanakan program pemberdayaan wanita melalui tata rias dan tata busana. Selain program-program tersebut yang menjadi tanggung jawab kelompok, masing-masing kelompok juga harus melaksanakan program rutin yang pelaksanaanya dilakukan secara bergiliran. Ada tujuh program rutin yang dijalankan, yaitu program rumah baca sahabat nusantara, mendongeng dan bermain permainan tradisional anak, melayani lansia dan menjenguk orang sakit, penyuluhan hukum, penyuluhan kesehatan dan gizi untuk perempuan, penyuluhan kebersihan untuk anak sekolah, serta penyuluhan kesehatan lingkungan ( pemanfaatan peakarangan ) untuk remaja pria dan Bapak-bapak.

Friday, June 10, 2011

Jazz Experience at 33rd JGTC

Jazz goes to campus (JGTC) FEUI merupakan event jazz yang selalu saya nantikan tiap tahunnya. Harga tiket yang murah, lokasi yang dekat serta berbagai musisi jazz berkualitas selalu ditampilkan di acara ini. Sebagai mahasiswa FEUI, saya lebih tertarik menjadi penonton dan menikmati setiap konsernya dibandingkan bergabung di kepanitiaan ini. Pilihan yang aneh mungkin, karena bagi mahasiswa FEUI adalah suatu kebanggaan menjadi bagian dari acara terbesar FEUI.

JGTC terakhir (2010) merupakan kali ke-33 FEUI menggelar event konser musik jazz di kampus. The 33rd JGTC menjunjung tema “Unleash the Jazz Within” sembari menyandang empat nilai utama yaitu welcome-experience-educate-enjoy. Acara yang digalang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FE UI ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Dari pertama masuk ke FEUI tahun 2007 silam, 33rd JGTC tahun lalu menjadi konser JGTC terfavorit saya. Bukan karena yang menyelenggarakan kebetulan angkatan saya, melainkan kejeniusan mereka dalam membuat sesuatu yang baru dan menyegarkan lah yang patut diacungi jempol. Konsep 4 buah panggung membuat penonton lebih tersebar dan kenyamanan menikmati alunan musik jazz menjadi lebih baik. Selain itu, saya salut dengan ide Mawar Merah Tribute to Slank; An All Female Ensemble yang terdiri atas Dira Sugandi, Kikan Namara, Ghea “Idol”, Sashi “Drew”, Tika Jahja, Astrid Basjar, serta DJ Delizious Devina. Sesuai tajuknya, mereka akan hadirkan lagu-lagu dari band beraliran cadas yang digemari berbagai lapisan masyarakat. WOW! saya sempat tercengang melihat kemunculan Kaka Slank di panggung.

Alasan saya selalu ikut JGTC adalah hunting foto. Sebagai penggemar fotografi dan musik jazz mengabadikan moment musisi di atas panggung menjadi kepuasan sendiri. Beberapa foto yang berhasil terekam Nikon D300 saya ditampilkan di bawah ini.

Endah N Ressa

Mawar merah untuk Slank.

Trie Utami

Maliq & d'essentials

Teater Anak Miangas

Miangas-Ada temuan unik dari anak-anak Miangas. Setelah melakukan sosialisasi dan pendekatan untuk menyukseskan program English for Children dan juga mengajar di SD, SMP dan SMA, kelompok kami menyadari bahwa mayoritas anak Miangas kurang bisa mengaktualisasikan diri dan kurang percaya diri. Sebagian besar malu-malu dan menundukkan kepala ketika saya minta mereka maju ke depan kelas dan menceritakan cita-citanya. Nada pesimis dan kurang bersemangat begitu terasa, sama halnya ketika saya meminta mengerjakan soal di depan. Tidak ada satu pun anak yang berani mengerjakan soal. Dari sanalah saya merasa perlu ada suatu proyek untuk anak-anak Miangas untuk beraktualisasi, tidak malu tampil di depan umum.

Ghamal Satya Mohammad, teman saya dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) berinisiatif membentuk tim untuk melatih anak-anak Miangas dalam menampilkan teater. Saya langsung setuju dan bertanggung jawab untuk melatih kelompok paduan suara sebagai pengiring cerita dan backsound. Ima yang juga dari FIB menulis cerita dibantu Cantika dari fakultas psikologi. Sementara itu Eko Budi Wibowo, kepala suku rombongan K2N UI 2009 melatih pencak silat untuk para actor dan untuk tari-tarian akan dilatih oleh Lasma dan Allan yang juga tergabung dalam kelompok tari di UI. Ghamal sendiri sebagai produser sekaligus sutradara dibantu Cantika.

Audisi pun dimulai, sebagian besar masih belum paham teater dan masih terlihat malu-malu ketika diminta berakting. Lama-kelamaan, semangat dari mereka muncul dan terlihat bekerja keras menaklukan dialog-dialognya. Saya sangat mengagumin sang seniman, Ghamal tentu saja. Bukan hanya cara berpakaiannya saja yang unik ternyata ide-ide artistik yang keluar dari kepalanya juga sangat variatif. Dia menciptakan beberapa lagu untuk dinyanyikan oleh paduan suara yang saya latih. Tidak ada kesulitan dalam hal vocal, pembagian suara dan teknik karena mayoritas anak-anak Miangas sudah pandai bernyanyi.

Eko dengan aktor-aktor silatnya harus memperagakan beberapa jurus untuk mendukung adegan pertarungan antara tokoh-tokohnya. Luar biasa memang jawara silat tangerang yang satu ini, misinya bukan hanya untuk teater tapi juga mengajarkan silat kepada anak-anak disana. Latihan pun tidak sebatas adegan yang akan diperagakan tapi memang teknik silat dasar. Eko ingin memberikan “sesuatu” yang berguna kepada para remaja disana supaya mereka bisa mengenang pernah belajar silat. Latihan pun dilakukan di tempat-tempat yang bisa menenangkan pikiran sekaligus berkonsentrasi, setiap sehabis subuh mereka lari pagi dan lang sung berlatih di dermaga, pantai dan tempat-tempat lain.






Allan dan Lasma mengajarkan tarian kontemporer kepada pemuda-pemudi Miangas. Beberapa gerakan modern yang sulit diajarkan kepada mereka. Tentu saja, gerakan yang masih wajar dan tidak seronok. Saya melihat wajah-wajah anak-anak Miangas itu selalu ceria ketika berlenggak-lenggok mengikuti gerakan musik. Warga yang penasaran pun ikut menonton latihan-latihannya.

Acting itu sendiri yang saya lihat sedikit membuat anak-anak itu kesulitan. Latihan vocal awalnya membingungkan untuk mereka karena harus mengucapkan huruf-huruf vocal dengan suara perut. Setelah dijelaskan, mereka baru mengerti bahwa artikulasi dalam pengucapan dialog penting supaya penonton bisa menangkap pesan yang disampaikan. Sama halnya seperti saya ketika pertama kali belajar teater di SMA dulu, sulit sekali membuat acting terlihat tulus dan wajar. Hampir semua anak berdialog seperti membacakan puisi, obrolan yang seharusnya terlihat sewajarnya orang ngobrol terlihat seperti duel pantun/puisi. Ghamal dan Cantika sangat mengerti akan kondisi anak-anak disana yang mungkin belum pernah sekalipun menampilkan drama di depan umum. Dengan sabar mereka melatih anak-anak Miangas ini sehingga progress mulai terlihat mengesankan.





Malam pementasan pun tiba, hamper seluruh warga Miangas berkerumun di balai kecamatan untuk melihat kebolehan putra-putrinya berakting. Tim pelatih sibuk mendandani dan menghibur anak-anak yang tampak sekali nervousnya. Kami menekankan kepada mereka untuk menampilkan yang terbaik dan membuat orang-orang yang melihat bangga akan putra-putri Miangas. Karena berbagai keterbatasan, kostum dan ornament-ornamen panggung mayoritas dibuat sendiri dengan alat-alat yang sederhana. Kami melibatkan anak-anak SD untuk membantu membuat ornament-ornamen tersebut dengan harapan kreativitas mereka bisa terasah.

Pertunjukan pun dimulai, tim paduan suara, para pemain utama dan pendukung sangat serius menampilkan yang terbaik. Penonton pun terkesima dan kadang tertawa terpingkal-pingkal pada adegan-adegan tertentu. Setelah selesai dan semua pemain keluar pentas, tepuk tangan riuh bergema seantero balai kecamatan. Saya tersenyum lega sekaligus bangga dengan mereka. Saya langsung mendatangi tim pelatih dan menjabat tangan mereka. Keceriaan tampak di wajah kami semua, terlebih para pemain yang dipuji oleh keluarganya dan warga lain. Betapa kerja keras yang kadang-kadang terasa pahit akan berbuah manis pada akhirnya. Kami sangat yakin, anak-anak ini akan mengenang hari dimana mereka berhasil mengaktualisasikan diri mereka, beekspresi dan mengundang decak kagum phampir semua warga Miangas.

Dan ketika saya menulis tulisan ini, sambil membuka lembaran jurnal harian saya ketika di Miangas, di beberapa halaman terakhir yang sengaja saya meminta anak-anak mengisi biodata mereka mayoritas menulis pengalaman ketika latihan teater adalah yang paling berkesan dan tidak akan terlupakan untuk mereka. Saya terenyuh, betapa saya merindukkan anak-anak itu. Anak-anak perbatasan yang selalu bermimpi untuk bisa membangun Miangas suatu hari nanti.

PS : buat ghamal, tika, ima, allan, lasma dan kawan-kawan K2N UI 2009, ayo kita bikin pertunjukkan teater di TIM. 

Mengenal Adat Miangas




Indonesia terkenal dengan keragaman budaya dan kearifan lokal yang terus dipertahankan hingga saat ini. Tak terkecuali dengan Miangas, meskipun terletak di perbatasan Indonesia dengan Filipina, masyarakat setempat amat menjaga kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhurnya. Tidak tampak pengaruh budaya Filipina maupun budaya asing lainnya berakulturasi dengan budaya Miangas yang masih asli.

Masyarakat Miangas terkenal ramah dan bertangan terbuka terhadap tamu, setiap ada rombongan yang berkunjung ke Miangas untuk melakukan penelitian maupun pengabdian sosial, aka nada upacara penjemputan tamu begitu kita pertama kali menginjakkan kaki di dermaga Miangas. Saya beruntung bisa mengikuti proses tersebut bersama rombongan dari UI yang melakukan Kuliah Kerja Nyata di sana.

Dalam upacara tersebut beberapa tokoh setempat akan mengenakan baju putih bergaris merah yang merupakan baju adat laki-laki di Miangas serta ikat kepala. kepala suku akan menggunakan bahasa adat penjemputan tamu sebagai berikut:

“Sasahoma rombongan
Aada sumalambe Negara
Naturi, Naranta suanen, poilaten
Naung, Marah, Sasango nisumawora
O’ ameng asutatate sungaran poilaten
Narah, Hodi, Nawaleba, Oameng iyo ameng
Asutaree sungaren, lempangane wuru anataee
Patudatee tambalane. Nalahodi nawonti sasalone wasaruangka. Medane suen sahaladine
Ne, Iyo ameng pawiote parentan Negara
Ne, iyo among eete mauuwari soamabele lumbungu, Inndite, Iroron suruata
Suamatangu aramat. Mawu. Sulempangangu
Arauannuruata”


Yang artinya : menghormati pemerintah pusat yang dating di Pulau Miangas. Punya kerinduan dan rasa bangga Pulau Miangas. Mari masuk di Pulau Miangas. Sudah dirapikan, mari masuk ke tempat yang sudah disediakan dalam tugas itu dijalankan perintah kenegaraan. Sampai tiba di Pulau Miangas dan kembali dalam ridho Tuhan, karena Tuhan sebagai nahkoda (pemimpin perjalanan) hingga sampai di tempat.
Kemudian ada beberapa aturan adat yang perlu diketahui, yaitu :
1. Bagi wisatawan yang telah berkeluarga dilarang mencari istri atau suami. Jika melanggar, akan dikenakan denda sebesar Rp. 500.000,- atau potong daging 20 kg untuk dimakan bersama warga.
2. Hari Minggu tidak boleh bekerja karena hari ibadah. Seperti : tidak boleh berkebun, melaut kecuali olahraga.
3. Dilarang menggunakan pakaian minim
4. Dilarang naik pohon kelapa dalam jangka waktu 3 bulan (Januari-Maret) sebelum masa panen
5. Jika ingin mengunjungi Gunung Keramat (tempat meriam keramat) harus memberitahukan terlebih dahulu kepada Mangkubumi dan tetua adat.
6. Dilarang membuang sampah ke laut
7. Dilarang masuk ke daerah Manammi pada bulan Januari-Maret

Itulah beberapa aturan yang wajib ditaati baik oleh pengunjung maupun masyarakat setempat. Ada baiknya jika ingin mengunjungi Pulau ini dan tinggal untuk beberapa waktu menanyakan beberapa aturan yang tidak boleh dilakukan/ dilanggar kepada Bapak Camat maupun Mangkubumi atau tetua adat.

Dari hasil pengamatan tim k2n UI di lapangan, peraturan adat ini lebih kuat mengikat warga setempat bila dibandingkan dengan kekuatan hukum nasional. Meskipun terdapat satu Polsek di Miangas, masyarakat lebih memilih menyelesaikan sengketa perdata maupun yang bisa dikategorikan pidana dengan mangkubumi terlebih dahulu. Pihak yang bersengketa akan dimediasi oleh para mangkubumi untuk dicarikan solusinya apabila tidak kunjung selesai permasalahannya maka pihak yang kurang puas baru akan membawanya ke kantor polisi.

Thursday, June 9, 2011

How to Enjoy La Palmas Island

Pemandangan pantai racuna-dok. K2N UI 2009

Untuk anda yang merencanakan backpacking ke Pulau Terdepan Miangas, atau yang disebut juga sebagai La Palmas ada baiknya mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh kelompok Gatot Subroto Kuliah Kerja Nyata UI 2009 yang melakukan program pengembangan potensi pariwisata sebagai berikut.

STEP 1
- Melaporkan kedatangan diri anda ke pos AD di dermaga dan ke kantor kecamatan khusus Miangas
- Mengunjungi Miangas Center untuk mendapatkan berbagai informasi umum seputar Miangas dan penjelasan berbagai objek wisata yang bisa dikunjungi di Miangas.
- Menghubungi pemuda-pemudi pengurus Miangas Center atau Bapak Camat untuk mengetahui info mengenai :
a. Penginapan (home stay di rumah penduduk)
b. Tour Guide
c. Jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal laut perintis

STEP 2
- Beradaptasi dengan cuaca dan tempat
- Menghormati adat istiadat dan hukum setempat
- Mengunjungi berbagai objek wisata bahari, budaya dan sejarah Pulau Miangas

STEP 3
- Mendokumentasikan pemandangan-pemandangan indah di Pulau Miangas termasuk sunrise dan sunset di Pantai Racuna
- Menikmati kuliner khas Miangas
- Membeli kerajinan tangan khas Miangas sebagai buah tangan
Selamat menjelajahi La Palmas Island dan jangan lupa untuk membagi pengalaman anda kepada rekan-rekan, keluarga dan kolega anda untuk turut membantu mempromosikan Pulau Miangas sebagai destinasi wisata yang mengasyikan.


Gambar Pulau Miangas diambil dari KRI Teluk Cendrawasih.dok K2N UI 2009

Wednesday, June 8, 2011

Selayang Pandang Miangas (Video)




Pemukiman penduduk Miangas terpusat di sepanjang pantai Racuna menuju dermaga.
Hanya sebagian kecil dari luas pulau keseluruhan yang sebagian besar perkebunan kelapa sawit.

Mario Nicolas, salah satu peserta Kuliah Kerja Nyata UI 2009 mengabadikan video kecamatan miangas yang memberikan gambaran mengenai perumahan, kondisi jalan dan infrastruktur secara umum.



Backsound video ini juga merupakan lagu aslid aerah Miangas. Selamat menonton :)

Miangas, Eksotika Pulau Paling Utara Indonesia

Bagi orang awam, Pulau Miangas mungkin hanya dikenal sebagai pulau kecil di ujung utara Indonesia yang berbatasan dengan Filipina. Tidak bagi anda yang pernah berkunjung ke Miangas dan menjelajahi pulau yang luasnya hanya 3,15 km2 ini. Siapa sangka, pulau ini menyimpan keindahan panorama dan keunikan alam yang layak dinikmati. Beberapa diantaranya bahkan berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata karena keindahannya yang luar biasa. Berikut beberapa ulasan mengenai tempat-tempat eksotik di Pulau Miangas.

1. Pantai Racuna
Pantai ini terkenal dengan pasir putihnya yang halus. Arti kata Pantai Racuna adalah pantai pertama kali kita bertemu. Maksudnya adalah pantai yang pertama kali kita jumpai ketika keluar dari Pulau Miangas. Pantai Racuna terletak di depan tugu NKRI. Batas barat Pantai Racuna adalah Pantai Kubur dan batas timurnya adalah Pantai Poro. Pantai Racuna terletak paling dekat dengan perkampungan sehingga sering digunakan untuk berenang oleh penduduk sekitar. Jarak pantai ini sangat dekat dengan pemukiman penduduk

-view pantai racuna- dok. K2N UI 2009

-Sunset di Pantai racuna-dok. K2N UI 2009



2. Pantai Kubbu
Pantai ini berjarak sekitar 500 m dari Pantai Racuna. Di sekitar pantai ini terdapat banyak kuburan sehingga diberi nama Pantai Kubbu.


-pantai kubbu-dok. k2n UI 2009


3. Pantai Lawasa
Pantai pinggir atau tepi ini berjarak sekitar 500 m dari Pantai Kubbu.

4. Tanjung Langinatundu
Pantai yang memiliki tanjung ini berjarak sekitar 200 m dari Pantai Lawasa.

5. Pantai Aba’a
Pantai ini berjarak sekitar 200 m dari Pantai Langinatundu.

-Pantai Aba'a (dok. k2n ui 2009)

6. Pantai Mariu
Pantai yang berjarak sekitar 150 m dari Pantai Aba’a ini terletak dekat dengan Kebun Mariu, setelah tanjung. Di dekat pantai ini juga terdapat batu bersejarah yang bernama Batu Opa Murra.

Pantai Mariu-dok.K2N UI 2009


7. Pantai Liwua
Pantai yang berjarak sekitar 300 m dari Pantai Mariu ini digunakan sebagai tempat diselenggarakannya Upacara Manammi (upacara menangkap ikan msayarakat Miangas) untuk kelompok A dan B. Di pantai ini terdapat wilayah yang menyerupai lingkaran sebagai batas untuk menampung ikan.

Pantai Liwua-Dok. K2N UI 2009

8. Pantai Ropapa
Pantai ini berjarak sekitar 300 m dari Pantai Liwua.



9. Pantai Laru
Pantai yang berjarak sekitar 200 m dari Pantai Ropapa ini termasuk daerah tempat diselenggarakannya Upacara Manammi untuk kelompok C dan D, yang terletak agak menjorok ke dalam (dolong).

10. Tanjung Wolo

Pantai ini berjarak sekitar 100 m dari Pantai Laru. Terdapat goa di dekat pantai ini. Jika goa terlihat, berarti air laut sedang surut dan merupakan waktu yang tepat untuk mencari ikan. Wolo merupakan salah satu tempat yang dijadikan sebagai tempat dalam upacara adat Manammi yang biasa dilakukan setiap bulan mei selain di Pantai Liwua. Wolo merupakan daerah yang begitu indah untuk dilihat karena memiliki pasir putih, pantai dengan air laut yang jernih, dan pemandangan bawah laut yang indah.

Beberapa peserta K2N UI berfoto di tanjung wolo-dok. K2N UI 2009


11. Tanjung Ondene
Pantai yang berjarak sekitar 150 m dari Tanjung Wolo ini memiliki bukit dan batu-batu besar yang menawan.




12. Pantai Peret
Pantai yang berjarak sekitar 25 m dari Tanjung Ondene ini terletak dekat dengan kebun kelapa Peret.

Pantai Perret-dok. K2NUI 2009

13. Tanjung Wuidi’polli
Pantai yang berjarak sekitar 500 m dari Pantai Peret ini terletak dekat dengan kebun kelapa Wuidi’polli.

14. Tanjung Langana
Pantai yang berjarak sekitar 500 m dari Pantai Wuidi’polli ini memiliki batu-batu besar dan pemandangan laut lepas yang sangat indah.

15. Pantai Merra
Pantai ini merupakan pantai favorit peserta K2N. Pasir pantainya yang putih halus membentang sepanjang bibir pantai Merra. Pantai ini berjarak sekitar 200 m dari Tanjung Langana. Kata ‘Merra’ menandakan keberanian. Pantai ini sering dijadikan sebagai tempat piknik oleh warga baik para pemuda maupun anak-anak sekolah.

Keindahan Panorama Pantai Merra-Dok. K2NUI 2009

16. Tanjung Panci
Pantai ini berjarak sekitar 500 m dari Pantai Merra. Di wilayah tanjung ini, terdapat banyak batu sebagai tempat untuk mengail dan memancing ikan. Di pantai ini warga setempat sering memancing dan membakar ikan.

17. Pantai Larawa dan Batu Terapung
Di dekat pantai yang berjarak sekitar 700 m dari Tanjung Panci ini terdapat Tugu Batu Terapung. Batu ini memiliki berat sebesar 26,5 kg. Menurut kepercayaan masyarakat Pulau Miangas, Batu Terapung membawa pertanda tersendiri. Dengan bobot yang cukup berat, batu tersebut ditemukan mengapung di laut pada 5 Juli 2008. Masyarakat Pulau Miangas meyakini bahwa jika batu tersebut terapung, berarti akan datang berita baik atau berita buruk tertentu.

Batu Terapung (dok. K2N UI 2009)

18. Pantai Lobo
Pantai ini terletak di dermaga dan menandakan wilayah laut yang dalam.

Pantai Lobo- Dok. K2NUI 2009


19. Pantai Maritange
Pantai ini juga terletak dekat dengan dermaga dan nelayan sering memancing di pantai ini. Pantai Maritange merupakan daerah yang berada paling ujung dari pulau Miangas, dekat dengan Tanjung Wora



- pohon di pantai maritange . dok k2n UI 2009

20. Pantai Porro
Pantai ini merupakan pantai pertemuan kembali dengan Pantai Racuna. Di pantai ini juga nelayan sering memancing.

Pantai Porro ketika surut. dok k2nui 2009

21. Tanjung Wora
Merupakan daratan dengan luas kecil terpisah dari pulau utama miangas. Tanjung wora memiliki beberapa daerah yang cantik untuk dikunjungi seperti pemandangan dari daerah tebing dan batu tatempel.

tanjung wora. dok k2n ui 2009

Kita hanya bisa mengunjungi tanjung wora ketika air surut, karena tdiak ada jembatan yang menghubungkan pulau miangas dengan tanjung wora.

view laut dari atas tanjung wora. dok k2n ui 2009

22. Meriam Keramat

Terletak di dataran tinggi Miangas. Meriam tersebut konon merupakan peninggalan bangsa Portugis. Ketiga meriam tersebut dikeramtkan karena pernah dibawa ke kapal untuk dipindahkan lama kelamaan kapal semakin berat dan semakin tenggelam. Sejak saat itu meriam tersebut tidak pernah dipindahkan ke tempat lain dan perlu ada penjagaan dari warga setempat apabila ingin berkunjung ke bukit meriam keramat.

Foto meriam keramat-Dok. K2NUI 2009


23. Menara navigasi di bukit Miangas

Kenapa saya memasukkan menara navigasi ini ke dalam tempat eksotik yang perlu dikunjungi? Karena menara ini merupakan tiang tertinggi di pulau Miangas. Jika anda mempunyai keberanian yang cukup untuk naik ke puncak menara yang tingginya sekitar 10 meter, anda bisa menikmati pemandangan menakjubkan ke segala arah. Seluruh daratan Miangas yang dikelilingi oleh lautan biru membentang terlihat jelas dari sini. Namun hati-hati, angin yang sangat kencang membuat menara tersebut sedikit bergoyang, apalagi apabila anda berada di puncaknya.

View Miangas dari puncak Menara navigasi.dok K2NUI 2009
panorama pemukiman penduduk dan pantai racuna dari menara navigasi.dok K2NUI 2009

24. Batu Opa Mura

Batu opa Mura ini menjadi salah satu situs sejarah yang wajib dikunjungi. Konon, pada zaman dahulu, ada suatu suku yang ingin menguasai Miangas. Demi mempertahankan tanahnya, Opa Mura menggunakan kekuatannya dengan menancapkan batu tersebut ke tanah untuk menghalau suku tersebut.

Batu Opa Mara.dok k2n UI 2009


25. Gua Kamenangan

Ada gua unik di Miangas dimana untuk masuk kesana anda harus merayap ala tentara melewati celah kecil antara batu-batu dan tanah. Meskipun penuh perjuangan untuk memasukinya, gua ini mempunyai keunikan stalaktit dan stalagmit yang menggantung di atasnya. Di dalamnya ukuran gua cukup luas, konon dahulu dipakai para pejuang untuk bersembunyi sebelum bergerilya melawan penjajah Portugis.




Beberapa gambar yang diambil memakai kamera beresolusi rendah. Saya pastikan mata anda adalah lensa yang paling sempurna karena kamera mempunyai banyak keterbatasan. Panorama yang akan anda nikmati jauh lebih mengesankan dan mengundang decak kagum tiada henti apabila anda seperti saya pernah menikmati wisata di Pulau Miangas.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More