Monday, April 15, 2013

BERBAGI INSPIRASI DARI PELOSOK NEGERI

Saya adalah seorang guru bantu yang dikirim oleh sebuah yayasan di Jakarta ke daerah terpencil. Sudah hampir 10 bulan saya mengabdikan diri di sebuah Sekolah Dasar kelas lokal jauh di pelosok Muara Enim, Sumatera Selatan. Tentu saja kondisinya serba terbatas. Belum ada listrik dari PLN yang menjangkau tempat saya tinggal. Sinyal telepon genggam pun masih sangat minim. Bagi saya mengajar merupakan passion saya. Tidak ada penyesalan bagi saya karena setiap hari selalu ada kejutan dari anak-anak untuk saya. Bahkan terkadang, saya belajar banyak dari mereka. Saya yang seharusnya menginspirasi mereka, malah terinspirasi dari kekuatan karakter mereka yang mengagumkan.


Saya tinggal di Talang Tebat Rawas, Desa Pagar Agung, Kecamatan Rambang, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan. Dari desa menuju talang, saya harus melalui 16 km perjalanan diatas tanah liat yang kondisinya rusak terlebih di kala hujan. Sepanjang jalan berderet rapi pohon-pohon karet yang menjadi sumber mata pencaharian hampir semua masyarakat disini. Hanya ada 32 KK yang tinggal di Talang. Mayoritas rumah panggung yang belum mempunyai toilet. Kegiatan MCK semuanya dilakukan di sungai tak jauh dari talang kami. Bagaimana dengan kondisi sinyal? Hanya Sinyal TELKOMSEL yang berhasil ditangkap di Talang kami, itu pun harus di tempat-tempat tertentu dan hanya 2 batang sinyal yang terlihat di layar HP. Bergeser sedikit saja dari tempat itu yang terlihat hanya tanda kunci saja. Walaupun sinyal terbatas, saya masih bersyukur karena tidak perlu ganti provider karena memang sudah lama memakai simPATI. Saya membawa 2 buah HP ke talang, satu hp keluaran lama dan satu lg blackberry tour saya. Awalnya memang saya ragu membawa smart phone karena dikabari oleh teman saya di daerah tersebut susah sinyal. Ternyata memang ada kesulitan untuk mendapatkan sinyal. Namun, surprisingly ada satu spot dimana saya bisa mendapatkan sinyal EDGE! Yeaay, saya senang sekali begitu tahu di tempat itu saya masih bisa mengikuti perkembangan informasi melalui twitter (untuk browser masih sulit dibuka karena sinyal yang terbatas).




Dari tempat inilah saya mengupdate twitter dan FB saya. Dengan Blackberry Internet Service (BIS) saya juga bisa sedikit-sedikit googling tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas saya sebagai pengajar. Berselancar di dunia maya juga sedikit banyak juga menjadi media hiburan bagi saya. Banyak akun-akun yang saya follow menyajikan parodi melalui kata-kata dan kalimat yang lucu. Namun yang menjadi perhatian saya adalah berita-berita dari media. Jika saya perhatikan, lebih banyak berita negatif yang memprovokasi hujatan, debat tak bermutu dan melahirkan pesimisme akan negeri yang (katanya) bobrok ini. Mulai dari berita pelecehan seksual, kasus-kasus korupsi, pelecehan SARA yang memicu terjadinya pertumpahan darah, sampai kasus premanisme VS TNI/POLRI. Tentu saja masyarakat jengkel dengan ulah oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut, namun apakah hal itu selesai dengan hujatan, cacian dan adu mulut via twitter? Tentu saja tidak. Masyarakat geram karena setiap hari dicekcoki berita-berita yang mengundang kecaman dan emosi Padahal berita-berita positif yang mampu membangun optimisme tentang negeri ini juga sangat banyak. Contohnya berita-berita yang selalu di sajikan oleh akun @GreatIndonesia dan lain-lain. Pengalaman saya disini, justru membuat rasa cinta tanah air saya meningkat, melihat anak-anak didik saya yang mempunyai keistimewaan seolah menularkan optimisme akan masa depan Indonesia yang lebih baik. Dari situ, saya ingin membagi inspirasi yang saya dapatkan dari mereka kepada orang banyak melalui berbagai sosial media yang memungkinkan. Hal ini bisa saja menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi orang yang membacanya.

Seperti cerita tentang salah satu murid saya yang bernama #Anton. (saya kultwit di twitter dengan hashtag #Anton) Ia sangat bersemangat sekolah walaupun harus menempuh jarak sekitar 16km setiap harinya ke sekolah. Orang tuanya merelakan motornya yang biasa mereka pakai untuk pergi menyadap karet ke kebun dibawa oleh anaknya sekolah, dan orang tuanya berjalan kaki setiap pagi ke kebun mereka yang jauh jaraknya. Belakangan motor satu-satunya itu pun harus diambil lagi oleh tukang kredit karena tidak membayar agunan berbulan-bulan. Anton tak patah semangat, ia mencari cara untuk bisa tetap sekolah, mulai dari berjalan kaki, nebeng siswa SMP sampai dusun, dll. Setelah share di twitter, cukup banyak mention ke akun saya ( @adhicihuy ) yang terharu dan termotivasi untuk bisa melawan keterbatasan dan selalu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan.

Saya selalu ingat kata-kata seseorang yang menginspirasi saya untuk menjalani kehidupan sebagai pengajar di pelosok, beliau mengatakan “Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin.” Mengutuk tidak akan menyelesaikan masalah, bertindak walaupun itu kecil akan mempunyai dampak yang lebih nyata. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik. Tugas kita semua. Lebih baik turun tangan daripada mengecam kegelapan. Supaya lebih banyak orang yang peduli dan tergerak, tentu dibutuhkan media yang pas untuk membangun kekuatan itu. Disinilah sosial media sangat membantu saya menebar inspirasi yang didapatkan selama di daerah penempatan. Diatas saung di umeh (ladang-red) saya berbagi tentang #Anton , #Imam, dan yang lainnya.


Bahagia itu sederhana ternyata. Yang sering kita lupakan adalah bersyukur, selalu merasa kurang. Disini saya bahagia. Saya bersyukur masih bisa menikmati listrik dari jam 6-11malam saat tetangga saya rumahnya gelap gulita karena tak punya uang untuk membeli minyak. Saya bersyukur saat saya masih bisa makan nasi dan lalapan dari ladang saat tetangga saya hanya makan nasi dengan garam. Saya bersyukur saya bisa mandi di sungai yang jernih saat sungai-sungai di kota sudah tercemar berbagai limbah pabrik. Saya bersyukur masih menemukan sinyal EDGE 500 meter dari tempat saya tinggal saat ada daerah yang sama sekali tak punya kesempatan berkomunikasi dengan dunia luar. Ya, semuanya serba sederhana. Bahagia itu sangat sederhana. Bagi saya saat ini #bahagia itu saat bisa menemukan sinyal EDGE didesa dan ngetwit untuk berbagi inspirasi. 

TVC simPATI new BB Sosialita

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More