Napak Tilas 10 Tahun Timor Leste Merdeka

Bagaimana kondisi Timor Leste setelah 10 tahun lepas dari NKRI saat ini? Penulis berkesempatan mengunjungi negeri Xanana Gusmao pada tahun baru 2013 lalu

Kisah Pengajar Muda Muara Enim : Setahun untuk Selamanya

Pengalamanku sebagai guru bantu di pelosok Muara Enim merupakan pelajaran berharga bagi saya. Saya akan membagi kehebatan anak-anak di Talang Tebat Rawas ini yang begitu menginspirasi saya sebagai seorang guru

Menjelajahi Ujung Selatan Indonesia, Pulau Rote Ndao dan Pulau Ndana

Pulau Rote Ndao menyimpan kekayaan alam dan budaya yang sangat potensial. pantai-pantai indah yang belum terjamah oleh manusia beserta keunikan geografis pulau rote ndao menjadi daya tarik tersendiri. Simak berbagai pengalaman saya dan tim Kuliah Kerja Nyata Universitas Indonesia tahun 2010 di Pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Miangas : Eksotika Pulau Paling Utara Indonesia

Pulau miangas yang berada di garda terdepan Indonesia berbatasan dengan Filipina menyimpan pesona keindahan yang layak untuk dinikmati. Berikut kisah kami tim Kuliah Kerja Nyata (K2N) UI di Pulau Miangas tahun 2009

Pesona Pulau Sempu, Malang

Menikmati suasana pulau tak berpenghuni di Pulau Sempu sangat mengasyikan. Menikmati malam penuh bintang dan tidur di pasir Laguna sambil menatap bintang dan minum kopi panas menjadi alternatif liburan yang menarik

Monday, April 15, 2013

BERBAGI INSPIRASI DARI PELOSOK NEGERI

Saya adalah seorang guru bantu yang dikirim oleh sebuah yayasan di Jakarta ke daerah terpencil. Sudah hampir 10 bulan saya mengabdikan diri di sebuah Sekolah Dasar kelas lokal jauh di pelosok Muara Enim, Sumatera Selatan. Tentu saja kondisinya serba terbatas. Belum ada listrik dari PLN yang menjangkau tempat saya tinggal. Sinyal telepon genggam pun masih sangat minim. Bagi saya mengajar merupakan passion saya. Tidak ada penyesalan bagi saya karena setiap hari selalu ada kejutan dari anak-anak untuk saya. Bahkan terkadang, saya belajar banyak dari mereka. Saya yang seharusnya menginspirasi mereka, malah terinspirasi dari kekuatan karakter mereka yang mengagumkan.


Saya tinggal di Talang Tebat Rawas, Desa Pagar Agung, Kecamatan Rambang, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan. Dari desa menuju talang, saya harus melalui 16 km perjalanan diatas tanah liat yang kondisinya rusak terlebih di kala hujan. Sepanjang jalan berderet rapi pohon-pohon karet yang menjadi sumber mata pencaharian hampir semua masyarakat disini. Hanya ada 32 KK yang tinggal di Talang. Mayoritas rumah panggung yang belum mempunyai toilet. Kegiatan MCK semuanya dilakukan di sungai tak jauh dari talang kami. Bagaimana dengan kondisi sinyal? Hanya Sinyal TELKOMSEL yang berhasil ditangkap di Talang kami, itu pun harus di tempat-tempat tertentu dan hanya 2 batang sinyal yang terlihat di layar HP. Bergeser sedikit saja dari tempat itu yang terlihat hanya tanda kunci saja. Walaupun sinyal terbatas, saya masih bersyukur karena tidak perlu ganti provider karena memang sudah lama memakai simPATI. Saya membawa 2 buah HP ke talang, satu hp keluaran lama dan satu lg blackberry tour saya. Awalnya memang saya ragu membawa smart phone karena dikabari oleh teman saya di daerah tersebut susah sinyal. Ternyata memang ada kesulitan untuk mendapatkan sinyal. Namun, surprisingly ada satu spot dimana saya bisa mendapatkan sinyal EDGE! Yeaay, saya senang sekali begitu tahu di tempat itu saya masih bisa mengikuti perkembangan informasi melalui twitter (untuk browser masih sulit dibuka karena sinyal yang terbatas).




Dari tempat inilah saya mengupdate twitter dan FB saya. Dengan Blackberry Internet Service (BIS) saya juga bisa sedikit-sedikit googling tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas saya sebagai pengajar. Berselancar di dunia maya juga sedikit banyak juga menjadi media hiburan bagi saya. Banyak akun-akun yang saya follow menyajikan parodi melalui kata-kata dan kalimat yang lucu. Namun yang menjadi perhatian saya adalah berita-berita dari media. Jika saya perhatikan, lebih banyak berita negatif yang memprovokasi hujatan, debat tak bermutu dan melahirkan pesimisme akan negeri yang (katanya) bobrok ini. Mulai dari berita pelecehan seksual, kasus-kasus korupsi, pelecehan SARA yang memicu terjadinya pertumpahan darah, sampai kasus premanisme VS TNI/POLRI. Tentu saja masyarakat jengkel dengan ulah oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut, namun apakah hal itu selesai dengan hujatan, cacian dan adu mulut via twitter? Tentu saja tidak. Masyarakat geram karena setiap hari dicekcoki berita-berita yang mengundang kecaman dan emosi Padahal berita-berita positif yang mampu membangun optimisme tentang negeri ini juga sangat banyak. Contohnya berita-berita yang selalu di sajikan oleh akun @GreatIndonesia dan lain-lain. Pengalaman saya disini, justru membuat rasa cinta tanah air saya meningkat, melihat anak-anak didik saya yang mempunyai keistimewaan seolah menularkan optimisme akan masa depan Indonesia yang lebih baik. Dari situ, saya ingin membagi inspirasi yang saya dapatkan dari mereka kepada orang banyak melalui berbagai sosial media yang memungkinkan. Hal ini bisa saja menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi orang yang membacanya.

Seperti cerita tentang salah satu murid saya yang bernama #Anton. (saya kultwit di twitter dengan hashtag #Anton) Ia sangat bersemangat sekolah walaupun harus menempuh jarak sekitar 16km setiap harinya ke sekolah. Orang tuanya merelakan motornya yang biasa mereka pakai untuk pergi menyadap karet ke kebun dibawa oleh anaknya sekolah, dan orang tuanya berjalan kaki setiap pagi ke kebun mereka yang jauh jaraknya. Belakangan motor satu-satunya itu pun harus diambil lagi oleh tukang kredit karena tidak membayar agunan berbulan-bulan. Anton tak patah semangat, ia mencari cara untuk bisa tetap sekolah, mulai dari berjalan kaki, nebeng siswa SMP sampai dusun, dll. Setelah share di twitter, cukup banyak mention ke akun saya ( @adhicihuy ) yang terharu dan termotivasi untuk bisa melawan keterbatasan dan selalu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan.

Saya selalu ingat kata-kata seseorang yang menginspirasi saya untuk menjalani kehidupan sebagai pengajar di pelosok, beliau mengatakan “Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin.” Mengutuk tidak akan menyelesaikan masalah, bertindak walaupun itu kecil akan mempunyai dampak yang lebih nyata. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik. Tugas kita semua. Lebih baik turun tangan daripada mengecam kegelapan. Supaya lebih banyak orang yang peduli dan tergerak, tentu dibutuhkan media yang pas untuk membangun kekuatan itu. Disinilah sosial media sangat membantu saya menebar inspirasi yang didapatkan selama di daerah penempatan. Diatas saung di umeh (ladang-red) saya berbagi tentang #Anton , #Imam, dan yang lainnya.


Bahagia itu sederhana ternyata. Yang sering kita lupakan adalah bersyukur, selalu merasa kurang. Disini saya bahagia. Saya bersyukur masih bisa menikmati listrik dari jam 6-11malam saat tetangga saya rumahnya gelap gulita karena tak punya uang untuk membeli minyak. Saya bersyukur saat saya masih bisa makan nasi dan lalapan dari ladang saat tetangga saya hanya makan nasi dengan garam. Saya bersyukur saya bisa mandi di sungai yang jernih saat sungai-sungai di kota sudah tercemar berbagai limbah pabrik. Saya bersyukur masih menemukan sinyal EDGE 500 meter dari tempat saya tinggal saat ada daerah yang sama sekali tak punya kesempatan berkomunikasi dengan dunia luar. Ya, semuanya serba sederhana. Bahagia itu sangat sederhana. Bagi saya saat ini #bahagia itu saat bisa menemukan sinyal EDGE didesa dan ngetwit untuk berbagi inspirasi. 

TVC simPATI new BB Sosialita

Tuesday, April 9, 2013

#10 Hal Unik di Kampung Baruku

Understanding culture and humanity adalah salah satu ketertarikan saya. Itu juga menjadi alasan saya senang membaca dan traveling. Menyelami beragam kebudayan dan kebiasaan di tempat-tempat yang berbeda selalu menyenangkan. Nah, setelah kurang 5 bulan di daerah penempatan saya di Talang Tebat Rawas, Desa Pagar Agung Kecamatan Rambang Kabupaten Muara Enim, Sumsel. Jangan dikira tulisan ini serius dan akademis ya. Apalagi dirujuk sebagai referensi penelitian, jangan deh. Hehe. Ini hanya pengamatan kasat mata saya sebagai bagian dari masyarakat disini. Langsung aja yok kita simak! 1. Pemabuk Ketika minggu-minggu awal saya datang ke Tebat Rawas. Bahasa menjadi faktor penghambat yang paling utama. Di satu sisi saya belum bisa bahasa mereka dan ternyata mereka pun tidak begitu paham bahasa Indonesia. Saya ngobrol dengan orang tua murid tentang anaknya dan saya kaget karena berulang kali Ibu ini mengatakan anaknya pemabuk. Saya liat ekspresi anaknya yang masih kelas IV, ia menunduk malu-malu. Masak anak sekecil ini pemabuk? Saya pun bertanya minuman apa yang biasa anaknya minum, namun karena kendala bahasa tadi saya tidak memahami satu kata pun ucapan si Ibu (bisa jadi Ibunya pun tidak paham dengan pertanyaan saya, red).Yang saya lakukan cuma stay cool sambil mengangguk-angguk. Ternyata oh ternyata, pemabuk itu adalah istilah buat anak yang suka mabuk darat. Hampir semua anak di Talang ini selalu muntah jika pergi naik mobil, walaupun jaraknya dekat. Oalaaaah...kalau begitu mah saya juga kadang-kadang jadi pemabuk.. Hehehe 2. Kemaluan Lagi-lagi saya heran waktu awal ke sini mulai dari anak-anak sampai orang dewasa selalu bilang, “Aku kemaluaaan aii, dekdeu aii” Aku mengernyit tiap kali mendengar kata-kata itu, mukaku merah karena risih. Lalu kulihat ekspresi orang yang berbicara. Tampak wajar dan biasa saja. Berarti istilah ini punya arti lain, bisikku dalam hati. Apa maksudnya ya tadi? Lebih kaget lagi ketika minggu-minggu awal di kelas kusuruh anak-anak maju malah teriak-teriak “Kemaluan Pak Kemaluan..” sontak aku pun panik dan salah tingkah. Refleks kulirik celanaku barangkali retsletingku terbuka. (Saat melakukannya saya berusaha untuk tidak terlihat anak-anak, yeah that was really awkward!) Ternyata tidak. Apa yang salah denganku? Belakangan kuketahui bahwa ‘kemaluan’ disini artinya ‘malu’. Aaaakh! Aku jadi kemaluan menceritakan ini sama kalian, kawan! Hahaha. 3. Minggat Nah, kalau ini nih sistem pernikahan di sini. Minggat itu artinya sang gadis kabur dari rumah melapor ke tempat Ketua RT/ Kepala Desa tempat tinggal pacarnya. Nah jika ada gadis minggat berarti ia minta dinikahkan. Orang tua si gadis harus berdiskusi dengan calon besannya terkait pernikahan anak-anaknya. Selama proses diskusi berlangsung, si gadis tidak boleh kembali ke rumahnya. Menunggu untuk dijemput keluarganya jika kesepakatan selesai. Prosesnya bisa sampai sebulan loh. Kebetulan di talangku lagi ada gadis yang minggat, orang tuanya lagi sibuk negosiasi dengan calon besannya. Asyiik banget ya sistemnya, jadi di sini nggak ada sistem kawin lari. Heheheh. Kalau di kota-kota juga pakai sistem nya kayak begini, dijamin punah deh orang-orang yang sering galau nikah. Tinggal suruh pasangannya aja untuk minggat dan tunggu dijemput, restu orang tua langsung turun deh :D Hehehehe. 4. Cara mengusir nyamuk Awalnya saya sangat terganggu dengan kebiasaan merokok disini. Hampir semua pria remaja dan dewasa adalah perokok aktif. Ternyata, kebiasaan merokok ini ada alasannya loh! Mereka merokok untuk mengusir nyamuk saat mengambil getah karet di kebun setiap pagi. Nyamuk-nyamuk hutan yang ganas itu tidak mempan oleh cairan oles anti nyamuk yang dijual di warung-warung. Awalnya aku juga tak percaya, tapi begitu ikut nakok langsung dengan warga. Wuih, dahsyat boy! Pake celana panjang pun nyamuk masih aja nembus kulit. Dan menoreh batang karet sambil merokok itu ternyata signifikan mengusir nyamuk. Hmm, mungkin nyamuk-nyamuk disini matinya oleh nikotin ya? Nah karena setiap hari nakok dari jam 4-10 pagi, satu orang bisa loh menghabiskan sampai tiga bungkus per hari. Ckckckcck. 5. Siswa Sakit Angka ketidakhadiran di sekolah cukup tinggi juga disini. Baik siswanya maupun gurunya hehe. Cuma yang unik adalah siswa-siswa SD ini ini kalau tidak sekolah karena alasan sakit, entah itu demam, sakit perut, pusing, biasanya sorenya mendadak muncul di sekolah. Pakai pakaian bermain tentu saja.Sebagai informasi, sekolahku masuk siang, jadi pulang itu pukul 17.00. Ketika kutanya kenapa tak sekolah, jawabannya sakit pak. Aku geleng-geleng kepala, "kalau sakit ya di rumah saja, istirahat." Begitu ujarku. Mungkin kesepian kali ya, karena teman-temannya di sekolah semua, jadinya ia juga menyusul ke sekolah dan ikut bermain kejar-kejaran. Kalau ada yang seperti itu di kelas saya biasanya langsung saya suruh masuk dan duduk, walaupun tidak pakai seragam ia akan tetap bisa ikut sisa pelajaran hari itu. 6. Nugal Yang dimaksud nugal itu adalah membuat lubang di tanah untuk dibuat ladang. Biasanya ladang tersebut adalah bekas kebun karet yang sudah dibakar karena kurang produktif. Nah, sebelum ditanam pohon karet baru, sebagai variasi biasanya ditanami juga jenis-jenis tanaman lain seperti padi. Nah, uniknya dimana? Saat nugal, semua warga bergotong royong loh! Mulai dari gadis,gadis, bapak-bapak, ibu-ibu sampai anak-anak pun ikut membantu (lihat foto nugal di atas). Padahal ladangnya bukan punya rame-rame. Biasanya yang punya menyediakan makan siang dan kudapan lainnya untuk warga yang membantu. 7. Mandi Celup Tahu teh celup kan ya? Nah mandi celup itu prosesnya mirip dengan teh celup. Hehehe. Intinya adalah warga disini hampir semuanya mandi di sungai, dengan sistem seperti teh celup tadi. Padahal sudah ada beberapa sumur juga yang dibuat warga, tapi rata-rata sumur itu hanya dipakai mengambil air untuk minum. Kalau kamu ke Tebat Rawas dan mau mandi celup di sungai, jangan lupa membawa basahan. Dan tidak perlu bawa gayung karena akan ditertawakan orang sekampung. Hehehhee. Mandi celup ini sederhana dan tidak perlu waktu sampai 15 menit. Kamu tinggal masuk ke air sungai dan berendam sambil mencelupkan kepalamu. Nah setelah semua anggota badanmu kena air, kamu tinggal naik ke tepian sungai yang ada kayunya untuk bersabun dan bershampo. Bisa juga sikat gigi kalo berani (aku sih masih bertahan sikat gigi pake air sumur saja). Setelah itu celupkan lagi tubuhmu sambil membilas buih –buih yang ada di sekujur tubuhmu. Selesai deh, simpel kan? 8. Freelance Farmer Naah ini biar agak keren aja pake istilah bule hehe. Maksudnya adalah petani paruh waktu. Nah yang saya sebut petani paruh waktu itu tak lain dan tak bukan adalah murid-murid saya sendiri loh. Rata-rata siswa kelas V dan VI sudah harus membantu orang tuanya menggarap kebun karet. Setiap pagi mereka nakok, istirahat sebentar lalu sekolah. Itu juga alasannya kenapa sekolah kami masuk siang, selain murid-murid, guru-guru yang semuanya honor pun harus nakok dulu sebelum ngajar. 9. Kaleng Kerok Budaya ‘dikerok’ kalau lagi masuk angin kayaknya memang khas Indonesia. Mulai dari ujung barat sampai ujung timur kerokan ini pasti dikenal, mungkin yang berbeda hanya istilah dan alatnya. Disini juga sudah lazim kebiasaan kerokan. Bahkan kalau disini bukan hanya ketika masuk angin aja, hampir semua penyakit berakhir dengan kerokan. Ya flu, demam, pusing, diare, semuanya dikerok. Mungkin karena kepercayaan yang kuat akan kekuatan kerokan, semua penyakit itu memang berkurang (katanya) setelah dikerok. Nah yang unik adalah alat kerokannya. Tau kaleng kemasan untuk produk ikan yang diawetkan (menghindari penyebutan brand )? Nah ujung kaleng itulah yang dijadikan alat untuk menggaruk punggung anda! Saya sih belum pernah ngerasain gimana rasanya, Cukup melihat adik angkat saya disini dikerok sama Uma aja sudah meringis sendiri. Hiiiiy. Tambahan lagi, disini pemakaian minyak untuk pelicin dan pengurang gesekan itu tidak dikenal loh. Jadi coba sendiri deh garukan kaleng tersebut langsung ke punggung Anda. Hehehe. 10. The Land of Dangdut Saya menamai talang ini sebagai tanah dangdut. Semua orang disini suka dangdut. Kalau dangdut itu adalah partai, bisa dipastikan semuanya menjadi anggota aktif, hehe yaa minimal simpatisan lah. Nah, kalau Rhoma Irama beneran nyalon jadi Presiden, saya yakin banget 100% warga talang ini bakal milih dia. Disini semua penduduk dari segala usia sangat menggemari lagu dangdut. Setiap acara 17an, selalu ada lomba karaoke lagu dangdut. Hampir di setiap rumah yang mempunyai tv pasti punya mic dan vcd untuk karaoke. Bahkan, listrik yang menyala hanya dari jam 6-11 malam pun terkadang dihabiskan hanya untuk karaoke. Pas mandi, jalan di hutan, bahkan di kelas pun semua melantunkan lagu-lagu dangdut. Bahkan dengan kreatif mereka biasa mengubah liriknya sesuai dengan kondisi mereka saat itu. Contoh lagu Mansyur S diplesetkan liriknya menjadi “Kurus badaan iniii.. bukan kurang makaan.. tapi kurang gizii...” Hahahah. Saya sih seneng banget orang-orang suka lagu dangdut. Apalagi dangdutnya memang yang berkualitas, bukan semacam remix, dangdut dengan lirik porno, atau goyangan-goyangan seronok yang lagi hits di tempat lain. Disini mereka sangat mengagumi penyanyi dangdut lawas seperti Roma Irama, Cacha Handika, Iis Dahlia, Evi Tamala, dll.Satu hal positif lagi dari kegemaran mereka karaoke, sinetron-sinetron dan tayangan TV yang kurang mendidik itu menjadi jarang ditonton! Horeee..Naah pas saya ngetik ini di kamar pun, di ruang tengah kakak angkat saya sedang karoke loh. Itu beberapa temuan yang menurut saya unik selama 5 bulan ada di Talang Tebat Rawas di tengah Hutan Karet ini. Oke deh, sekian dulu info dari saya. Saya mau ikutan karokean di ruang tengah !! :D **** Tebat Rawas, 13 Nopember 2012 Salam Hangat, Adhi Rachman Prana

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More